PADANG (LN) – Ratusan mahasiswa di Kota Padang kembali turun ke jalan, Jumat (29/8/2025), menandai babak baru gelombang demonstrasi menentang praktik kekerasan aparat kepolisian.
Massa bergerak dari Masjid Jihad UIN Imam Bonjol dan PKM FEB Universitas Andalas sejak pukul 15.00 WIB, lalu mengarah ke Mapolda Sumatra Barat sebagai pusat aksi.
Sesampainya di lokasi sekitar pukul 16.00 WIB, mahasiswa langsung menggelar orasi dengan sorotan utama pada peristiwa tragis di Jakarta: Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online, tewas dilindas kendaraan taktis Barracuda milik Polda Metro Jaya.
“Kendaraan yang dibeli dari pajak rakyat kini dipakai untuk membunuh rakyat. Polisi harus bertanggung jawab,” teriak salah seorang orator di tengah kerumunan.
Poster-poster dengan tulisan keras seperti “Polisi Musuh Masyarakat”, “Polisi Pembunuh”, dan “Kami Bersama Korban” mempertegas sikap mahasiswa. Mereka juga mendesak Kapolda Sumbar Irjen Pol Gatot Tri Suryanta untuk turun langsung berdialog. Namun, meski mahasiswa telah berorasi lebih dari satu jam, Kapolda tidak kunjung hadir.
Aksi Merembet ke Bandung
Gelombang protes tidak hanya berhenti di Padang. Di Kota Bandung, mahasiswa dari berbagai kampus juga turun ke jalan dengan menjadikan Gedung DPRD Jawa Barat sebagai titik aksi.
Di sana, mahasiswa menyampaikan lima tuntutan pokok:
1. Polri diminta bertanggung jawab atas penangkapan, kekerasan, dan pembunuhan terhadap massa aksi.
2. Pencopotan Kapolda Metro Jaya dan Kapolri yang dianggap gagal mengendalikan anggotanya.
3. Penghukuman terhadap aparat kepolisian yang melakukan kekerasan dan penyiksaan.
4. Pembebasan seluruh massa aksi yang masih ditahan.
5. Reformasi menyeluruh di tubuh Polri agar kembali ke tugas pokok dan wewenang.
Krisis Kepercayaan terhadap Polri
Rangkaian aksi di Padang, Bandung, dan sebelumnya di Jakarta memperlihatkan krisis kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. Isu represivitas aparat bukan hal baru, namun kasus meninggalnya Affan menjadi pemicu yang memperlebar jarak antara masyarakat dengan Polri.
Pengamat hukum dari Universitas Andalas, Dr. Yusra, menilai tuntutan mahasiswa mencerminkan keresahan publik.
“Reformasi Polri sudah lama menjadi wacana, tapi praktik kekerasan terus berulang. Kasus Affan hanya puncak gunung es. Jika tidak ada pembenahan struktural, kepercayaan publik bisa runtuh total,” ujarnya.
Potensi Aksi Serentak Nasional
Pantauan di sejumlah kota menunjukkan adanya konsolidasi lintas kampus. Sejumlah kelompok mahasiswa di Yogyakarta, Surabaya, hingga Medan dikabarkan tengah menyiapkan aksi serupa. Isu reformasi Polri diperkirakan akan menjadi gelombang aksi nasional dalam waktu dekat, mengingat eskalasi protes terus meluas.
Di sisi lain, hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait tuntutan mahasiswa, termasuk soal desakan pencopotan Kapolri. Situasi di Padang dan Bandung relatif terkendali, meski massa berjanji akan kembali turun ke jalan bila aspirasi mereka terus diabaikan.
#red
Tidak ada komentar:
Posting Komentar