Tanah Datar (LN) – 3 Desember 2025 Malam baru saja turun di Jorong Pincuran Tujuah, Nagari Batipuah Baruah. Di tengah gelap dan terputusnya akses akibat bencana, 70 Kepala Keluarga mulai dilanda kecemasan karena stok beras mereka hampir habis. Situasi ini mengkhawatirkan, terlebih wilayah tersebut masih sulit dijangkau setelah longsor dan banjir memutus jalur utama.
Berita terkait lainnya, klik disini
Kabar darurat itu segera sampai kepada Edriana Noerdin. Tanpa menunggu esok atau meminta rombongan besar, ia langsung bergerak cepat. Dengan ketulusan yang sudah lama dikenal masyarakat, Edriana memutuskan untuk turun langsung mengantar 70 karung beras, memastikan bantuan tiba saat dibutuhkan — bukan sekadar saat nyaman untuk datang.
Perjalanan malam itu tidak mudah: gelap pekat, jalan licin, dan beberapa titik hanya bisa dilewati perlahan. Namun tekad Edriana untuk memastikan warga tidak melewati malam dalam kelaparan membuat langkah itu terus dilanjutkan.
Sesampainya di lokasi, suasana haru tak bisa dihindari. Warga yang menunggu dalam cemas menyambut kedatangan rombongan dengan mata berkaca-kaca. Beberapa ibu tak mampu menyembunyikan rasa syukur mereka.
“Ya Allah, kuatkanlah kami menghadapi semua ini. Lindungilah masyarakat kami,” ujar seorang ibu sembari memeluk anaknya, menahan tangis di tengah kerumunan yang penuh harapan.
Seorang penerima bantuan lainnya juga menyampaikan terima kasih dengan suara bergetar.
“Kami benar-benar sudah kehabisan harapan… Terima kasih, Bu Edriana. Bantuan ini datang tepat saat kami sangat membutuhkannya,” tuturnya sambil terus mengusap mata.
Bagi warga, bantuan ini bukan sekadar beras. Itu adalah pengingat bahwa mereka tidak sendirian, bahwa ada sosok yang bersedia menembus malam demi memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Kehadiran Edriana membawa energi moral yang besar, membangkitkan semangat di tengah masa sulit yang belum sepenuhnya pulih.
Aksi cepat dan penuh empati ini memperlihatkan bahwa kepedulian tidak mesti menunggu sorotan kamera atau seremoni. Kadang, kepemimpinan yang nyata hadir melalui langkah-langkah kecil namun tepat waktu — seperti malam itu.
Warga berharap agar akses menuju Pincuran Tujuah segera dipulihkan sehingga bantuan dapat mengalir lebih lancar. Mereka juga meminta dukungan berkelanjutan dari pemerintah, perantau, serta pihak-pihak lain untuk mempercepat pemulihan pascabencana.
Malam ketika Edriana Noerdin menembus gelap menuju Pincuran Tujuah menjadi catatan penting: bahwa di tengah bencana, masih ada mereka yang memilih untuk bergerak ketika harapan mulai meredup. Dan di malam itulah, harapan kembali menyala. (NB)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar