Padang (LN) — Kondisi sungai-sungai di Kota Padang kembali menjadi perhatian serius. Melalui kajian Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air (RPPMH), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang mengungkap sejumlah faktor penyebab menurunnya kualitas air di aliran Sungai Batang Arau.
Dalam kajian tersebut, DLH memotret secara menyeluruh kondisi drainase dan sumber pencemar yang terjadi pada Batang Arau.
Hasilnya, ditemukan enam faktor utama penyebab pencemaran, dengan dua di antaranya menjadi fokus utama, yaitu pengelolaan sampah dan pengelolaan air limbah rumah tangga.
Kepala DLH Kota Padang, Fadel Masta, mengatakan bahwa permasalahan pada aspek pengelolaan sampah sebagian besar bersumber dari perilaku masyarakat yang masih membuang sampah rumah tangga langsung ke aliran sungai, minimnya fasilitas pengumpulan sampah di bantaran, serta lemahnya pengawasan di titik-titik rawan.
“Dari hasil kajian, kami merekomendasikan tiga langkah utama dalam pengelolaan sampah, yaitu peningkatan infrastruktur TPS3R, edukasi dan pemberdayaan masyarakat di kawasan bantaran sungai, serta penegakan aturan terhadap pembuangan sampah sembarangan,” jelas Fadel Masta.
Selain itu, DLH juga menyoroti persoalan pengelolaan air limbah domestik yang ikut menyumbang pencemaran Batang Arau, diantaranya Limbah minyak jelantah, air bekas cucian rumah tangga, dan limbah dari tangki septik yang langsung dialirkan ke saluran drainase menjadi penyebab utama pencemaran air.
“Untuk pengelolaan air limbah, kami juga mengeluarkan tiga rekomendasi, yaitu pengembangan sistem pengolahan air limbah komunal, pengawasan terhadap kegiatan usaha kecil yang menghasilkan limbah cair, serta kampanye pengelolaan minyak jelantah agar tidak dibuang sembarangan,” ujarnya.
DLH mencatat bahwa indikasi pencemaran di Sungai Batang Arau kini sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan, terutama di kawasan permukiman padat dan wilayah aktivitas ekonomi masyarakat.
Melalui kajian RPPMH ini, Fadel berharap hasil temuan tersebut dapat menjadi dasar kebijakan dalam pengendalian pencemaran air di Kota Padang.
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat agar upaya pemulihan Batang Arau dapat dilakukan secara berkelanjutan.
“Pemulihan kualitas air sungai tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh kesadaran bersama, perbaikan sistem pengelolaan, dan dukungan dari seluruh pihak,” tutupnya.
#LN01



Tidak ada komentar:
Posting Komentar